|
Betapa Lembut Rahmatmu Ya Allah
Monday 17 December 2012 | 17:49 | 0 comments
Di antara kisah teraneh yang pernah kubaca adalah kisah yang disebutkan oleh lbnul Jauzi dalam kitab Birrul Walidain (1/7).
Dari Malik bin Dinar, dia berkata: ‘Saat aku thawaf di Baitul
Haram, banyaknya jamah haji dan umrah saat itu sungguh membuatku takjub.
Andai saja aku tahu mana antara mereka yang ibadahnya diterima hingga
aku ucapkan selamat, dan mana di antara
mereka yang ibadahnya ditolak lalu aku beri ucapan bela sungkawa.
Dimalam hari aku bermimpi seakan-akan ada seseorang yang berkata:
‘Malik bin dinar berfikir tentang para jama’ah haji dan umroh, maka demi
Allah, sungguh Allah telah mengampuni seluruh jama’ah tersebut baik
yang kecil maupun yang besar, laki-laki dan perempuan, yang hitam atau
putih, yang bangsa Arab dan yang ’ajam, kecuali hanya satu orang. Maka
sesungguhnya Allah telah murka kepadanya dan Dia telah menolak hajinya.”
Malik berkata: “Maka akupun tertidur malam itu, dan tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan aku khawatir
jangan-jangan akulah laki-laki itu. Tatkala berada pada malam yang
kedua aku bermimpi seperti itu pula, hanya saja dikabarkan kepadaku,
bahwa bukan aku orang tersebut, tetapi seorang laki-laki dan penduduk
Khurasan dan kota yang disebut Balkh. Dia dipanggil dengan nama Muhammad bin Harun al-Balkhi. Allah tengah murka atasnya, dan Allah telah menolak hajinya”.
Di pagi hari, aku pergi ke kabilah Khurasan, lalu kukatakan: ‘Apakah di tengah-tengah kalian terdapat Balkhiyun (orang-orang dari Balkh)?’ Mereka menjawab: “Ya ada”. Maka akupun pergi kepada mereka seraya mengucapkan salam. Aku berkata: ‘Apakah ada di antara kalian seorang laki-laki yang disebut Muhammad bin Harun?’ Mereka menjawab: ‘Wahai
Malik, engkau bertanya tentang seorang laki-laki yang tidak ada
seorangpun di Khurasan yang lebih ahli ibadah dan lebih zuhud
daripadanya.’
Akupun terheran-heran karena pujian mereka yang indah atasnya dan atas mimpi yang telah kulihat dari tidurku. Akupun berkata: ‘Tunjukkanlah aku kepadanya”. Merekapun menjawab: ‘Sesungguhnya sejak empat puluh tahun lalu dia senantiasa puasa di siang hari dan menghidupkan malamnya, serta tidak bertempat tinggal kecuali di reruntuhan-reruntuhan. Kami menyangka dia sekarang berada di reruntuhan-reruntuhan Makkah.”
Akupun berjalan-jalan di reruntuhan, tiba-tiba aku melihatnya sedang
berdiri di belakang sebuah tembok, tangan kanannya terpotong dan
digantungkan di lehemya, tulang selangkanya berlobang dan terikat dengan
dua buah belenggu berat di kakinya, sementara dia dalam keadaan ruku’
dan sujud. Ketika dia merasakan suara gesekan kedua kakiku, dia menoleh
seraya berkata: “Siapakah engkau?” Kukatakan: “Malik bin Dinar.” Dia berkata: “Wahai Malik, apa yang membuatmu datang kepadaku? Engkau telah melihat sebuah mimpi? Ceritakanlah mimpi itu kepadaku!” Kukatakan: “Aku malu menceritakannya kepadamu.” Dia
mengatakan,”jangan malu”. Akupun menceritakan mimpi itu kepadanya lantas diapun menangis panjang dan berkata,”Wahai Malik, mimpi tersebut telah diperlihatkan kepadaku sejak empat puluh tahun lalu, setiap tahun ada seorang laki-laki zuhud sepertimuyang melihatnya, bahwa aku termasuk ahli neraka.
Aku berkata kepadanya, “Antara kamu dan Allah ada dosa yang sangat besar? Dia menjawab “Ya, dosaku jauh lebih besar daripada langit, bumi,dan gunung-gunung.” Kukatakan,”Ceritakanlah kepadaku agar aku bisa memperingatkan manusia yang tidak mengetahuinya.” Dia berkata: “Wahai Malik, dulu aku seorang laki-laki pecandu minuman keras. Pada suatu hari aku minum minuman keras di rumah salah seorang temanku, hingga ketika aku telah mabuk dan hilang akal, akupun pulang ke rumah. Saat aku masuk rumah, ternyata ibuku tengah menyalakan tungku api yang bagian dalamnya telah menjadi putih (terang, karena nyala api yang membara). Ketika dia melihatku sempoyongan karena mabuk, dia pun mulai memberikan nasihat kepadaku, seraya berkata,”Ini adalah hari terakhir dari bulan Syaban, dan malam pertama dari bulan Ramadhan. Besok di pagi hari manusia mulai berpuasa, dan kamu dalam keadaan mabuk?! Tidakkah kamu malu kepada Allah?!” Maka kuangkat kedua tanganku kemudian aku pun mencampakannya. Diapun berkata,“Celaka kamu”.
Akupun marah karena ucapannya. Aku bawa dia dengan mabukku, lalu kulemparkan dia ke dalam tungku api. Maka saat istriku melihat, dia mernbawaku dan memasukkanku ke dalam sebuah rumah seraya menutup pintu rapat-rapat.
Di akhir malam hilanglah mabukku, kemudian aku panggil istriku untuk membukakan pintu. Dia menjawab dengan kasar. Kukatakan,”Mengapa sikapmu kasar seperti ini, aku belum
pernah mengetahuinya darimu?”. Dia menjawab,”Engkau berhak untuk tidak
kuhormati”.
Kukatakan,”Kenapa?” Dia menjawab,”Engkau telah membunuh ibumu, engkau telah melemparnya kedalam tungku api, dan sungguh dia telah terbakar.” Maka saat aku mendengar hal ini, aku tidak kuasa lagi menahan diri untuk mendobrak pintu dan keluar menuju tungku api. Ternyata ibuku sudah gosong didalamnya seperti roti yang terpanggang. Maka segera kuletakkan tangan kananku di kusen pintu kemudian kuhentakkan daun pintu dengan tangan kiriku hingga tangan kananku putus, terpotong. Kemudian kulubangi tulang selangkanganku, lalu kumasukkan belenggu-belenggu ini ke dalamnya, dan kuikat kedua kakiku dengan kedua belenggu ini. Ketika itu harta kekayaanku sebanyak delapan ribu dinar. Kusedekahkan semuanya sebelum matahari terbenam, lalu aku memerdekakan 26 orang budak wanita, dan 23 orang budak laki-laki, dan aku waqafkan sawah ladangku di jalan Allah. Sejak empat puluh tahun lalu aku berpuasa di siang hari, dan berdiri shalat dimalam hari. Akupun berhaji setiap tahun. Dan setiap tahun, selalu ada orang-orang alim sepertimu melihat mimpi seperti mimpimu, bahwa aku termasuk ahli neraka.”
Malik berkata: “Akupun mengusapkan kedua tanganku ke wajahku, dan kukatakan,“Wa hai orang yang malang, hampir-hampir saja engkau membakar bumi beserta orang yang ada di atasnya dengan apimu”. Maka diapun mengangkat tangannya ke langit seraya berkata, “Wahai dzat
yang memberikan jalan keluar bagi kesempitan, wahai Dzat yang
menyingkap kegundahan, Wahai Dzat yang menjawab doa-doa orang yang
terjepit, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu, berlindung dengan ampunan-Mu dari adzab-Mu, janganlah Engkau rnemutus harapanku, dan janganlah Engkau menyia-nyiakan do’aku.”
Malik berkata: “Akupun pulang ke rumahku, lalu tidur. Kemudian aku bermimpi melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Wahai Malik, janganlah engkau membuat orang putus asa dari rahmat Allah, janganlah engkau membuat mereka putus asa dait ampunan-Nya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperhatikan urusan Muhammad bin Harun dari tempat yang Maha Tinggi maka Dia telah mengabulkan do’a dan permintaan maaf atas kesalahannya. Maka pergilah di pagi hari dan katakan kepadanya: “Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan makhluk-makhluk pertama dan makhluk-makhluk terakhir pada hari kiamat. Allah akan membela hewan-hewan yang dulu tidak punya tanduk atas hewan-hewan yang dulu punya tanduk. Jika dulu hewan yang bertanduk pernah menyakiti hewan yang tidak bertanduk dengan tanduknya, maka sesungguhnya Allah akan membela hewan tak bertanduk terhadap hewan yang bertanduk. Dan Allah akan mengumpulkan antara kamu wahil Muhammad bin Harun dengan ibumu, kemudian Allah akan menghukumi kamu untuk ibumu. Dan Dia akan memerintahkan
kepada para malaikat untuk mengikatmu dengan belenggu yang berat menuju
neraka. Maka jika engkau merasakan panas apinya selama tiga hari tiga malam dari hari-hari
dunia, Allah akan melemparkan rahmat ke dalam hati ibumu, dan
memberinya ilham untuk merninta anugerah pengampunan bagimu dari-Nya.
Maka Diapun memberikan anugerah pengampunan kepadamu karenanya (ibumu),
lalu kalian berdua masuk ke dalam sorga, karena (Dia telah berfirman):
‘Sesungguhnya Aku telah berjanji bahwa tidaklah seorang hamba dari hamba-hamba-Ku yang meminum-minuman yang memabukkan dan membunuh jiwa yang telah Kuharamkan kecuali akan Aku rasakan padanya panas api neraka.’ Di pagi harinya, aku berangkat menemuinya, lalu kukabarkan mimpiku kepadanya. Maka seakan-akan kehidupannya bagaikan tanah kering berkerikil yang disiram air, kemudian dia meninggal. Aku termasuk orang yang menshalatinya. (AR)*
Semoga apa yg dikongsi dpt memberi manfaat kepada kalian semua sma ad di dunia atau di akhirat.amin
0 Comments:Demi Cinta Allah
| 05:23 | 0 comments
Dia ingin berubah. Dia ingin jadi seperti dahulu. Sentiasa mengingati
Allah, sentiasa takut akan azab-Nya, sentiasa taat pada perintahn-Nya,
dan sentiasa jaga batas pergaulan. Dia yakin dan percaya, perempuan yang
dijaga oleh Allah, pasti tidak akan membenarkan mana-mana tangan lelaki
menyentuh dirinya.
Namun, takala dia merasakan dirinya cukup bahagia dengan hidayah
Allah, Allah menguji dirinya. Allah menghadirkan dirinya dengan seorang
lelaki yang menuntut balasan cinta. Dirinya dimewahkan dengan kata-kata
pujian, dengan gurindam rindu dan madah-madah cinta yang sebelum ini
tidak pernah meneroka hati dan jiwanya.
Dia percaya cinta dari Allah, tapi dia lupa itu bukan caranya. Dia
alpa. Hatinya sudah tidak seperti dahulu. Hatinya dilimpahi rasa rindu
si jejaka. Rindu si nafsu yang mengwar-warkan kemanisan cinta manusia.
Bukan dia tidak sedar dia sudah berubah, bukan juga dia tidak sedar
bahawa ketenangan hati yang pernah dianugerahkan oleh Allah semakin
menjauhi. Dia menutup kesedaran itu dengan janji dan kata-kata cinta si
jejaka.
Dia sudah jauh dari hidayah Allah. Imannya rapuh, syaitan menari-nari
tatkala dia membenarkan tangan rakus si jejaka menyentuh dirinya
bersama alunan syahdu janji kekasih. Tempat yang sepatutnya dia jaga,
didedahkan. Kononnya yakin si jejaka adalah suaminya.
Tidakkah dia takut dengan dosa atau dengan azab Allah?. Ya, dia sedar
tetapi separa sedar. Rasa sayangnya pada jejaka itu mulai melebihi
segalanya. Namun, syukur pada Allah, Allah masih sayang padanya. Jejaka
itu gagal menawan mahkota dirinya. Saat dirinya berutus cinta, dia masih
lagi solat, dia tidak lupa tanggungjawabnya. Namun mungkin solatnya
masih tidak sempurna lalu robohlah benteng imannya dipukul ombak nafsu
cinta manusia.
Allamdullilah. Allah menurunkan hidayah pada dirinya. Di saat jejaka
menyepikan diri seketika, dirinya dilanda rasa berdosa. Mengingati
kembali dosa-dosa yang dilakukan, mengalir air mata kekesalan.
Disaksikan kegelapan malam, dia bangun untuk bersolat taubat.
Menangislah dirinya sepuas-puasnya. Dia memohon petunjuk pada Allah, dia
ingin kembali, kembali atas cinta. Demi cinta Allah yang tidak pernah
berpaling dari hidupnya dia nekad untuk berubah. Namun hatinya sedikit
takut akan janji Allah.
"Wanita yang baik adalah untuk lelaki yang baik dan begitu sebaliknya."
Apa yang patut dia lakukan kini. Dia mula merasakan dia bukan dari
kalangan wanita yang baik-baik. Tidak layak untuk sesiapa. Dia menutup
pintu hatinya seketika dari cinta manusia yang bernafsu yang mengeruhkan
kolam keimanannya yang pasang surut. Sehingga ditakdirkan Allah untuk
dirinya bertemu dengan seseorang yang mencintainya kerana Allah.
"Demi cinta Allah yang ku kejar, kuatkan hatiku untuk bertahan,
berikan ku kecerdasan akal untuk sentiasa berfikir tentang kuasaMu,
hulurkan pertolonganMu di saat-saat aku hampir tewas, sinarkan nur
hidayahMu untuk aku terus di jalanMu. Ya Allah! Aku memohon keampunan
kepadaMu."
0 Comments: |